Menurut Coke Umpan balik (feedback) diartikan “a general term used to describe the information a learner receives
about the performance of a movement or skill” jadi dapat diartikan (Terminologi yang secara umum untuk
mendeskipsikan informasi yang diterima dari penampilan dari gerakan atau
keterampilan).[1] Sedang menurut Schmid “feeback” to
mean all of the response-produced information that is received during or after
movement” Berarti umpan balik (feedback) adalah semua informasi hasil
yang merupakan respon yang diterima selama atau setelah melakukan gerakan. [2]
Amezdros dkk, mengartikan [3]
“feedback is all the information that an
athlete receives about the performance of skill, either during the performance
(continuous feedback) or afterwards (terminal feedback)”. Yang dapat
diartikan umpan balik adalah semua informasi
yang diterima atlet tentang penampilan dari skill, baik selama penampilan
(umpan balik yang kontinyu) atau setelahnya (upan balik terminal). Jika belajar
dari pengalaman, informasi umpan balik disimpan dimemori dan dapat diulang jika
dibutuhkan.
Jadi umpan balik (feedback) adalah semua informasi yang
diproduksi yang merupakan respon yang diterima tentang kinerja atau penampilan
selama atau setelah melakukan gerakan. Maka
dapat disimpulkan bahwa umpan balik (feedback)
dalam pembelajaran gerak adalah semua informasi yang diberikan kepada pelajar
tentang suatu gerakan, serta hal yang dirasakan sendiri sebagai masukan dalam
penyempurnaan suatu gerakan.
Coker dan Schmid, keduanya
mengatakan bahwa informasi tersebut
tersedia dari dua sumber yaitu dari dalam (internal)
dan dari luar (external). Menurut Merill yang disebut dengan istilah umpan balik (feedback) merupakan gambaran sebagai
proses masukan (input) dan hasil (output) yang bertahap yang merupakan
informasi salah atau benar. [4]
Davis (2000)
Mengidentifikasi tiga teori loop dalam proses umpan balik yaitu: [5]
1)
Exteroceptive
feedback is the outcome of the movement through the athlete's senses,
observation of the outcome by the athlete, observations from the coach,
observations via video (umpan balik eksteroseptif adalah hasil dari
gerakan melalui indera atlet, hasil pengamatan oleh atlet, pengamatan dari
pelatih, pengamatan melalui video).
2)
Proprioceptive
feedback yang diartikan “from
proprioceptors in the muscle and tendons and the balance sensors that provide
information on the 'feel' of the movement” (Umpan balik proprioseptif
adalah dari proprioceptors di otot dan tendon dan sensor keseimbangan yang
menyediakan informasi tentang 'rasa' dari gerakan). Atlet dapat menggunakan
umpan balik ini untuk membuat penyesuaian untuk memperhalus suatu gerakan.
3)
Kinaesthetic
feedback - information fed directly into the spinal cord from the muscles,
tendons and joints to give information that can be responded to without
conscious control (Umpan balik kinestetik adalah informasi yang diberikan langsung
ke sumsum tulang belakang dari, tendon otot dan sendi untuk memberikan
informasi yang dapat menjawab tanpa kendali kesadaran).
Schmidt
[6],
Magill [7]
dan Coker [8]
memberikan terminologi yang sama antara umpan balik dan tentang hasil
pengetahuan (Knowledge of result). Mereka
menggambarkan dan membagi tipe umpan balik (feedback)
sebagai berikut:
Dalam konteks
belajar keterampilan motorik, umpan balik penampilan (performance) merujuk pada informasi terkait yang diterima pelajar
selama dan setelah melakukan tugas. Dua jenis umum umpan balik dalam situasi
belajar keterampilan motorik yaitu berupa tugas-intrinsik (Task-Intrinsic) dan tugas-ekstrinsik (Task-Extrinsic) atau yang sering disebut sebagai umpan balik
tambahan (Augmented feedback).[11]
[12]
Yang pertama adalah Task-intrinsic feedback, Magill
menyatakan “which is the sensory-perceptual information that is a natural part of
performing a skill” [13]
yang dapat diartikan yaitu informasi persepsi sensorik yang merupakan
bagian alami dari melakukan suatu keterampilan. Peran informasi
intrinsik yang timbul sebagai konsekuensi alami dari hasil gerakan yang
diperlukan untuk kinerja motorik dan belajar. Pada sumber lain menurut
Galligan, Intrinsic feedback is
information received by the athlete as a direct result of producing a movement
through the kinaesthetic senses-feelings from muscles, joints and balance”
yang dapat diartikan umpan balik intrinsik adalah informasi yang diterima oleh
atlet sebagai akibat langsung dari hasil suatu gerakan melalui indera
kinestetik, perasaan dari otot, sendi dan pusat keseimbangan. [14]
Jadi dapat dapat
disimpulkan individu mampu merasakan umpan balik intrinsik tanpa bantuan khusus
dari sumber lain. Meskipun dalam banyak kasus umpan balik intrinsik tidak
memerlukan evaluasi, tetapi seorang dalam beberapa kasus sebagai individu harus
belajar bagaimana mengevaluasi informasi sensorik, seperti sudut atau posisi
ekstremitas sendi.[15]
Jenis umpan balik yang
kedua, adalah umpan balik tambahan yang merupakan suplemen umpan balik
intrinsik yang disebut tugas ekstrinsik (task-entrisic)
atau informasi umpan balik tambahan (augmented
feedback). Magil menyebutkan bahwa “Augmented
feedback is Performance related
information added to or enhancing task-intrinsic feedback”. Dapat diartikan
umpan balik tambahan sebagai informasi terkait kinerja (performance) yang ditambahkan atau untuk
meningkatkan umpan balik tugas-intrinsik.[16] Pada sumber lain dikatakan extrinsic feedback is information not
inherent in the movement itself but which improves intrinsic feedback. Jadi
dapat diartikan bahwa umpan balik ekstrinsik adalah informasi yang tidak
melekat dalam gerakan itu sendiri, tetapi yang meningkatkan umpan balik intrinsik. Hal ini juga dikenal sebagai umpan balik
tambahan (augmented feedback).[17]
[18]
Schmidt
[19],
Magill [20],
Coker dan Davis, dkk,[21]
memberikan terminologi yang sama antara umpan balik dan tentang hasil
pengetahuan (Knowledge of result). Dua jenis umpan balik tambahan yang biasanya
digunakan dalam konteks belajar motorik: pengetahuan tentang hasil (knowledge of result/KR), dan pengetahuan
kinerja (knowledge of performance KP).
[22]
[23]
Knowledge
of Results yang sering disebut KR. Menurut Magil, “Knowledge of Results (KR) adalah category of augmented feedback that
gives information about the outcome of performing a skill or about achieving
the goal of the performance”. [24] Jadi pengetahuan
tentang Hasil (KR) berarti kategori
umpan balik tambahan yang memberikan informasi
tentang hasil dari melakukan keterampilan atau tentang pencapaian tujuan kinerja/penampilan
(performance). Sedangkan menurut Galligan, Knowledge of results (KR) adalah information with regards the result of the
athlete's performance. (informasi yang diperoleh dari hasil penampilan
atlet).[25]
Menurut Davis,[26]
knowledge of result is feeback which
gives information about the end product of the action. It may be intrinsic
(what he learners themselves perceive about the outcome) or augmented.
Dapat diartikan bahwa knowledge of result
adalah informasi yang diberikan hasil akhir dari suatu gerakan. Yang
mungkin berupa (apa yang pembelajar itu sendiri persepsikan tentang keluaran)
atau tambahan.
Jadi dapat disimpulkan
dari beberapa kajian diatas pengetahuan tentang hasil (KR) umumnya
didefinisikan sebagai respon akhir (post-response),
informasi tambahan tentang keberhasilan kinerja dalam kaitannya dengan tujuan
penampilan tersebut.
Sedangkan umpan balik
tambahan (augmented feedback) yang
kedua adalah pengetahuan tentang kinerja (KP)
didefinisikan sebagai ekstrinsik, informasi respon akhir baik kinematik atau
kinetik mengacu pada aspek-aspek dari pola gerakan (Gentile 1972, Newell &
Walter 1981, Newell & Carlton 1987, Schmidt & Young 1991). [27]
Magill
menyatakan “Knowledge of Performance (KP) is category of augmented that gives
information about the movement characteristics that led to a performance
outcome. Dapat diartikan, bahwa pengetahuan tentang kinerja (KP) merupakan
kategori umpan balik tambahan yang memberikan informasi tentang karakteristik
gerakan yang menyebabkan hasil kinerja atau penampilan.[28]
Pada
sumber lain dikatakan Knowledge
of performance (KP) information about
the technique and performance.[29]
[30]
Menurut Davis,[31]
knowledge of performance is feeback which
gives information about the movement aspect of the action. It may be
kinaesthetic internal or augmented (given by the teacher). Dapat diartikan
bahwa knowledge of performance adalah
umpan balik yang diberikan tentang aspek-aspek gerakan dari suatu gerakan (action). Yang mungkin berupa internal
kinestetik atau tambahan (yang diberikan oleh guru).
Jadi dapat diartikan pengetahuan tentang kinerja (KP) adalah
informasi mengenai teknik dan kinerja/penampilan. Dan diterangkan bahwa “This can be provided verbally from the coach
or visually via video. This enables the athlete to establish a kinaesthetic
reference for the correct movement”. [32] Jadi jelas pengetahun tentang kinerja
(KP) dapat diberikan secara lisan dari pelatih atau visual melalui video. Hal
ini memungkinkan atlet untuk membangun sumber acuan kinestetik untuk gerakan
yang benar. Dalam penambahan untuk
memberikan knowledge of Performance (KP)
secara verbal, dapat dilakukan dengan nonverbal dalam memberikan knowledge of performance (KP).
Magill menyatakan video replay is a popular method of showing
a person what he or she did while performing a skill. [33]
Jadi video ulangan (Video replay)
membawa seseorang untuk melihat secara aktual apa yang dilakukan mengenai
karakteristik gerakan yang mengarah pada hasil kerja (performance). Selain itu pada sumber yang sama dinyatakan “Although video replay can show a performance
outcome, it is commonly use as knowledge of Performance (KP)” [34]
"Meskipun memutar ulang video dapat
menunjukkan hasil kinerja, umumnya digunakan sebagai pengetahuan Kinerja (KP).
Selain menggunakan video, biofeedback juga merupakan knowledge of Performance (KP). Biofeedback
yang dimaksud disini adalah seperti EMG (Elektro
Mio graph) yang mencatat aktivitas otot selama penampilan dalam gerak. Umpan
balik tambahan dugunakan dalam memberikan pengetahuan tentang kinerja (KP)
baik secara lisan, maupun dapat dilakukan dengan nonverbal. Magill menyatakan video ulangan adalah
metode populer untuk menunjukkan seseorang apa yang dia lakukan ketika melakukan suatu keterampilan. Video Ulangan (Video replay) membawa seseorang untuk melihat secara aktual apa yang dilakukan mengenai karakteristik gerakan yang mengarah pada hasil kerja (performance).
Selain jenis umpan balik (feedback) dalam pembelajaran motorik
terdapat juga kinaesthetic feedback yang diartikan sebagai “information fed directly into the spinal cord from the
muscles, tendons and joints to give information that can be responded to
without conscious control” yang kurang lebih artinya informasi diberikan
langsung ke sumsum tulang belakang dari, tendon otot dan sendi untuk memberikan
informasi yang dapat menjawab tanpa kendali kesadaran. Jenis umpan balik yang
digunakan akan tergantung pada pelaku dan keterampilan yang dipelajari.
Galligan mengidentifikasi
umpan balik dapat dalam bentuk: [35]
Positive feedback yaitu Used to inform the athlete as to what was
correct about the movement. Athletes need to know if a movement is correct as
this provides the reference point for future execution of the movement. Positive feedback is essential in
motivating athletes (Umpan balik positif digunakan untuk menginformasikan atlet
seperti apa yang benar tentang gerakan ini. Atlet perlu tahu apakah gerakan
benar karena hal ini memberikan titik acuan untuk pelaksanaan gerakan
berikutnya. Umpan balik positif sangat penting dalam memotivasi atlet. Negative
feedback diartikan Used to inform the
athlete as to what was incorrect about the movement. Negative feedback must
include information on the action(s) required by the athlete to achieve the
correct movement (Umpan balik negatif digunakan
untuk menginformasikan atlet seperti apa yang benar tentang gerakan ini. Umpan
balik negatif harus mencakup informasi tentang tindakan yang diperlukan oleh
atlet untuk mencapai gerakan yang benar).
Belajar gerak (motor learning)
memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dengan belajar lain selain gerak,
khususnya dengan bentuk-bentuk gerakan yang dipelajarinya. Hal ini dibutuhkan
strategi pengajaran tertentu disesuaikan dengan tingkat kesulitannya.
[1] Coker, Cheryl A. Motor Learning and Control for Practitioners (Mc Graw-Hill:
Americas, New York, 2004), h. 216
[2] Schmid, R. A, Motor Control and Learning. A Bihavioral Emphasis (Champaighn, IL.
Human Kinetics, 1988), h. 424.
[3] Amezdros
et all, Queensland senior, Physical
education, 2nd edition (Australia: Macmilan Education Australia PTY
LTD, 2004), h.111.
[4] PF.
Merill, Hierarchial and information
processing task Analysis (A comparison Journal of Intructional Development,
1978), h. 111.
[5] Davis,
B. et al. (2000) Physical Education and
the study of sport. 4th ed. (Spain: Harcourt. h.321, 2011 (http://www.brianmac.co.uk/infofb.htm).
[7] Magill,
Richard A. Motor Learning Concept and
Applications (Dubuque, Iowa: W. MC Brown Company Publishers: 2011), h. 216.
[26] Davis,
Bob et all, Physical education, and Study
of Sport, 3rd edition (London: Mosby, 1997), h. 293.
[27] Mononen,
Kaisu. “The effects of Augmented Feedback
on Motor Skill Learning in Shooting” (Publishing Unit, University Library
of Jyväskylä: 2007). h. 15.
No comments:
Post a Comment